JOURNAL

Layanan journal yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas Gunadarma

DISTRIBUSI DAN KARAKTERISTIK SIKATRIK KORNEA DI INDONESIA, RISKESDAS 2007

Judul Artikel:DISTRIBUSI DAN KARAKTERISTIK SIKATRIK KORNEA DI INDONESIA, RISKESDAS 2007
Judul Terbitan:Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
ISSN:0853-9987
Bahasa:IND
Tempat Terbit:Jakarta
Tahun:0000
Volume:Vol. 22 Issue 1 0000
Penerbit:Kementerian Kesehatan RI
Frekuensi Penerbitan:4 x 1 tahun
Penulis:Erry
Abstraksi:Sikatrik komea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari kabur sampai dengan kebutaan. Sikatrik komea dapat bentuk ringan (nebula), sedang (makula) dan berat (leukoma). Gangguan komea merupakan penyebab kebutaan kedua didunia setelah katarak. Sikatrik kornea lebih sering disebabkan oleh infeksi, xeropthalmia dan trauma. Belum ada data yang akurat mengenai prevalensi sikatrik komea di Indonesia. Yang diteliti adalah semua responden berusia ≥ 5 tahun dari Riset Kesehatan Dasar 2007 yang merupakan penelitian potong lintang non intervensi. Pemeriksaan dengan senter dan dicocokkan gambar kartu peraga. Prevalensi sikatrik kornea pada kedua mata tertinggi di Provinsi Sumbar (2,5%), terendah di Provinsi di Sumut, Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, Papua Barat dan Papua (0,3%). Prevalensi sikatrik komea pada salah salah satu mata tertinggi di Provinsi Dl Yogyakarta dan Provinsi Sulawesi Tengah (0,9%), terendah di Provinsi DKI Jakarta dan Kepulauan Riau (0, 1%). Prevalensi sikatrik komea pada dua mata maupun satu mata terendah dijumpai pada kelompok umur 20-29 tahun (0,1%) sedangkan prevalensi tertinggi ditemui pada kelompok umur ≥ 75 tahun (8.7%). Sikatrik komea dua mata dan sikatrik kornea satu mata berdasar gender hampir sama prevalensinya, sedangkan menurut pekerjaan tertinggi pada petani (1,8%) dan terendah pada pekerja di sektor swasta (0,4%); lebih tinggi pada kelompok yang tidak bersekolah (4,1 %) dan terendah pada kelompok pendidikan tamat SLTA (0,4%); lebih tinggi di pedesaan baik dua mata (1,2%) maupun satu mata(0,6%) dibanding perkotaan. Prevalensi sikatrik komea dua mata (1,1%) lebih tinggi ditemui pada tingkat pengeluran rumah tangga yang rendah sedangkan sikatrik komea pada satu mata (0,4%) persentasenya lebih rendah pada tingkat pengeluran rumah tangga yang tinggi. Gangguan penglihatan berat (10,4%) kebutaan (9,8%). Kesimpulan: Prevalensi sikatrik kornea lebih tinggi pada masyarakat yang berpendidikan rendah yang tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga rendah dengan pekerjaan petani dan nelayan
Kata Kunci:sikatrik kornea; mata; provinsi; desa; kota; Indonesia
Lokasi:P30
Terakreditasi:sudah