Layanan journal yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas Gunadarma
| Judul Artikel | : | JURU TEGES SEBAGAI JURU BAHASA DALAM TRADISI MASYARAKAT MADURA |
|---|---|---|
| Judul Terbitan | : | Jurnal Penerjemahan |
| ISSN | : | 23562196 |
| Bahasa | : | IND |
| Tempat Terbit | : | Jakarta Pusat |
| Tahun | : | 0000 |
| Volume | : | Vol. 4 Issue 1 0000 |
| Penerbit | : | Instansi Pembina Jabatan Fungsional Penerjemah Kementerian Sekretariat Negara |
| Frekuensi Penerbitan | : | 2 x 1 tahun |
| Penulis | : | HERO PATRIANTO |
| Abstraksi | : | Kajian awal ini bertujuan mengumpulkan bukti tentang penerjemahan sastra melalui pemerian prosedur kerja juru teges, sebuah profesi tradisional dalam mamaca, sebuah tradisi lisan masyarakat Madura. Kajian ini berfokus pada dua tema: produk dan penampilan serta praktik dan profesi. Penampilan tiga kelompok mamaca di Kabupaten Sumenep direkam dalam bentuk audiovisual. Data kajian ini adalah transkrip teks sumber dan sasaran. Teks sumber berbentuk tulis dan lisan: bentuk tulis adalah sebuah teks berjudul Nurbuwat yang tertulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan huruf Arab yang dimodifikasi; bentuk lisan adalah penampilan dari para pembaca teks sumber. Teks sasaran adalah penampilan juru teges yang menggunakan bahasa Madura. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data tambahan tentang faktor sosial juru teges. Kerja juru teges jelas memperagakan pengalihan makna dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Oleh sebab itu, mereka memperagakan sebuah aktivitas penerjemahan. Karena kerja juru teges hanya ada dalam sebuah penampilan lisan, penampilan mereka memperagakan sebuah sajian sekali-ternpo sehingga memenuhi karakteristik khas penjurubahasaan, yakni kesegeraan(P6chhacker, 2001). Juru bahasa tidak pernah menggunakan referensi atau membaca teks apa pun pada saat menjalankan tugasnya. Dia benar-benar menggunakan ingatan. Berkaitan dengan pemanfaatan ingatan seperti saran Hale (2003), kerja juru tegas dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang disebut dengan penjurubahasaan konsekutif, yang menunjukkan ketumpangtindihan antara penerjemahan dan penjurubahasaan. Namun, untuk mendapatkan dasar argumentasi yang lebih kuat, kajian ini masih memerlukan penye1idikan lebih lanjut me1alui eksperimen yang memperlakukan teks sumber dan sasaran sebagai materi linguistis. |
| Kata Kunci | : | juru teges; mamaca; translation studies; oral tradition; interpreting |
| Lokasi | : | P1 |
| Terakreditasi | : | belum |