ABSTRAKSI :
Gizi pada balita masih menjadi permasalahan nomor satu di dunia, salah satu diantaranya adalah stunting. Stunting di Indonesia menempati posisi kelima tertingi di dunia. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia termasuk negara dengan prevalensi stunting tertinggi ketiga setelah Timor Leste dan India. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia 10 tahun terakhir belum mencapai target 20% di mana di tahun 2019 sebesar 27,67%, meskipun sudah mengalami penurunan tapi angka ini masih tergolong tinggi mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Nasal Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan kasus kontrol. Sampel penelitian berjumlah 120 responden, 40 sampel untuk kelompok case dan 80 untuk kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square, dan regresi logistik. Hasil analisis multivariat didapatkan 5 variabel yang memiliki hubungan bermakna diantaranya berat badan lahir p value (0,013) (OR = 4,64; p value = 1,38-15,58), ASI eksklusif p value (0,003) (OR = 7,47; value = 2,00-27,80), riwayat kelahiran p value (0,001) (OR = 26,11; p value = 6,10- 112,01), status gizi ibu p value (0,009) (OR = 5,09; p value = 1,50-17,19), dan pekerjaan ibu p value (0,040) (OR = 3,61; p value = 1,05-12,32). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir, ASI eksklusif, status gizi ibu, riwayat kelahiran, dan pekerjaan ibu dengan kejadian stunting.