Layanan penulisan ilmiah yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas Gunadarma
Hubungan antara self discrepancy dengan disthimia pada karyawan
ABSTRAKSI :
setiap karyawan pasti mempunyai keinginan untuk maju dan dapat mengembangankan karirnya dengan baik, itu adalah harapan yang wajar dari tiap karyawan. namun dengan kondisi zaman seperti saat ini mungkin harapan itu menjadi sedikit sulit untuk terjadi atau didapatkan. hal itu terjadi karena adanya banyak tekanan dan tantangan. dengan tekanan yang ada itu maka karyawan tidak dapat bekerja dengan maksimal dan akhirnya harapan pun tidak terpenuhi, dan pada saat inilah terjadi kesenjangan dalam diri karyawan (self discrepancy). Higiens (1997) mengatakan discrepancy biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara ideal self (harapan) atau ought self dengan actual self (kenyataan) seseorang atau orang lain, yang mengakibatkan timbulnya emosi negatif. pada dasarnya, dari emosi negatif dapat menyebabkan efektifitas dan produktifitas kerja yang menurun dan hal yang lebih parah karyawan bisa saja mengalami disthimia akibat kesenjangan ini. bila terjadi kesenjangan yang terus menerus maka akan menjadi depresi, bentuk depresi yang paling ringan adalah disthimia. disthimia adalah gangguan mood yang sifatnya menetap dan ringan bila dibandingkan dengan bentuk depresi berat lainnya, namun bentuk ini kronis. kedua variabel yang sama-sama mempunyai dampak negatif yang bila terjadi pada karyawan akan menurunkan kualitas diri karyawan. maka dapat diasumsikan bahwa semakin besar perasaan self discrepancy yang dialami seseorang maka akan semakin besar pula kemungkinan disthimia yang mungkin dapat terjadi.