ABSTRAKSI :
Usia remaja merupakan usia dimana seseorang memiliki emosi yang masih labil. Seperti pencarian jati diri, penuh gejolak, bersemangat, suka membangkang atau melanggar aturan-aturan, menyukai kebebasan, tertarik dengan segala sesuatu yang menurut mereka unik atau berbeda, serta menjunjung tinggi pada kekompakan terutama dalam kelompok atau komunitasnya sehingga tak jarang banyak remaja yang tergoda untuk masuk dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu yang menurut mereka sesuai dengan pencerminan jati dirinya agar dapat diakui oleh orang-orang disekitarnya. Banyaknya kelompok remaja yang ada di masyarakat ada beberapa kelompok yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, diantaranya Slankers untuk pecinta grup band Slank, The Jack untuk pendukung dan pecinta tim sepak bola Persija Jakarta, Viking untuk pendukung tim sepak bola Persib Bandung, Harajuku untuk pengikut style tokoh komik Jepang, sampai para penggemar otomotif yang membuat club atau perkumpulan baik pangendara mobil ataupun motor. Berdasarkan kelompok-kelompok yang ada, salah satu kelompok yang juga banyak diminati oleh anak muda dan remaja adalah kelompok Punk. Punk merupakan suatu seni melalui musik, ideologi dan gaya hidup seperti gaya berpakaian dan gaya rambut yang khas sebagai bentuk perlawanan kaum anak muda dalam menentang masyarakat yang mapan dan sebagai wujud protes sosial, politik, kemanusiaan dan agama sehingga menciptakan kebudayaannya sendiri. Kelompok ini merupakan sesuatu yang fenomenal di masyarakat khususnya remaja. Kelompok usia yang sangat mendominasi gaya hidup punk ini adalah para remaja awal hingga remaja akhir, serta dewasa awal. Fenomena ini terjadi bukan saja di Eropa dan Amerika, tetapi juga terjadi di Indonesia. Hal ini terjadi karena ideologi dan gaya hidup punk lebih sesuai dengan gaya hidup remaja. Gaya hidup punk memberikan kesan kebebasan, anti kemapanan, ekspresif dan pemberontakan, dimana hal tersebut sangat diminati oleh remaja. Dalam gaya hidup pada komunitas punk ini melahirkan sebuah trend-fashion tersendiri, yaitu punk-fashion dengan ciri-ciri yang unik dan mudah dikenali seperti potongan rambut Mohawk (berdiri kaku dan berkesan tajam di bagian tengah kulit kepala dari dahi ke tengkuk yang kira-kira tiga jari lebarnya) ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, jaket kulit dan rompi kerap memiliki tambalan atau dicat dengan logo yang mengekspresikan selera musik atau pandangan musik, celana jeans ketat dan robek, baju yang lusuh, serta seperangkat atribut lainnya seperti rantai, gembok, peniti, spike (gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya) menghiasi pakaian mereka serta terkesan urakan dan liar, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh serta kriminal dari kelas rendah, dan pemabuk. Fashion juga merambah ke dalam bentuk alira musik. Musik punk merupakan jenis musik yang bernada keras, disharmonic dan berisikan syair-syair penuh kritik dan kebebasan berekspresi yang sangat diminati oleh anak-anak muda dan remaja. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (2002), remaja sangat menyukai hal-hal yang bersifat menentang arus, sangat menginginkan kebebasan, tidak suka keteraturan, menyukai hal-hal yang bersifat ekspresif ala remaja karena mereka mulai menemukan identitas dirinya dan ingin diakui identitasnya tersebut dengan berlaku ekspresif dan berbeda dari perilaku pada umumnya. Santrock (2003) menyatakan bahwa biasanya konformitas remaja terbentuk karena adanya kesamaan minat, sikap, identitas ataupun ideologi tertentu yang diminati oleh remaja. Adanya kesamaan minat akan kebebasan, kesamaan sikap akan memandang masa depan dan kehidupan, serta adanya kesamaan ideologi dalam komunitas punk menjadikan konformitas komunitas punk sangat kuat dan erat. Di Indonesia sendiri kelompok Punk sudah muncul sejak lama sekitar awal tahun 90-an. Kelompok ini ada disetiap kota, beberapa diantaranya terdapat di Pulau Jawa seperti Jakarta, Yogyakarta, Malang dan Surabaya. Seperti halnya kelompok Punk di negara-negara lain penampilan fisik mereka memiliki ciri yang sama dan tetap menjadi kelompok marjinal diantara kelompok yang lain. Seperti kelompok di negara lain, kehidupan kelompok Punk di Indonesia tetap anti kemapanan, pakaian yang lusuh, gaya rambut yang khas, dan selera musik yang keras. Selain berkumpul kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas punk, mereka sering membuat acara seperti acara musik beraliran punk yang berfungsi untuk berkumpul dan silaturahmi antar anggota baik dari dalam maupun luar kota, membuat atribut-atribut punk seperti CD atau kaset, t-shirt sampai stiker yang berbau punk yang disediakan untuk dijual pada anggota komunitas tersebut dan orang-orang yang tertarik, serta juga komunitas punk membuat rekaman sendiri untuk musik mereka dalam bentuk kaset maupun CD. (Widya, 2010) Punk di Indonesia tidak hadir karena gejolak seperti yang terjadi di Amerika dan Inggris, tetapi cenderung muncul karena kerinduan akan sesuatu yang baru sebagai aktualisasi para remaja. Masuknya Punk ke Indonesia berkat pemberitaan media mainstream, kultur Punk dikenal pertama kali dalam bentuk musik dan fashion. Permasalahan nyata disekitar Punk ataupun anggapan keliru tentang Punk yang kemudian timbul dalam masyarakat bukanlah hal yang mengherankan. Hanya saja, adopsi mentah secara mencolok mengakibatkan Punk terlanjur dinilai negatif. Namun tidak sedikit dari para remaja yang bergabung dalam komunitas Punk memiliki pandangan positif. Menurut Oscar (dalam Widya, 2010), seorang anggota Punk mengatakan bahwa komunitasnya bukan hanya komunitas yang bertujuan untuk bersenang-senang semata, tetapi lebih dari itu bahwa komunitas juga berfungsi sebagai keluarga yang setiap anggotanya saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Setiap anggota diikat oleh kesamaan minat akan aliran musik punk, oleh kesamaan minat akan ekspresi yang bebas dan tidak suka dengan aturan-aturan yang mengikat. Menurutnya, jika ada anak punk yang melakukan pemalakan atau tindak kriminal lain, berarti anak itu tidak mengerti arti punk sebenarnya. mungkin hanya dandanan luar saja yang punk, dalamnya tidak tahu apa-apa. Bentuk konformitas yang dapat terlihat secara jelas adalah dari bentuk perilaku mereka yang riil seperti berpakaian serupa, memiliki gaya rambut yang khas dalam komunitas, menyukai jenis musik yang sama, melakukan aktifitas bersama bahkan setiap anggota seringkali berbagi dalam segala hal seperti berbagi makanan, minuman, rokok, dan lain sebagainya. Kebersamaan menjadi sesuatu hal yang sangat berharga bagi setiap anggotanya.