Layanan penulisan ilmiah yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas Gunadarma
Perancangan Museum Pecinan Glodok Dengan Pendekatan Regionalisme Reinterpretif
ABSTRAKSI :
Pecinan Glodok merupakan kawasan yang seharusnya memiliki identitas Tionghoa didalamnya, namun seiring berjalannya waktu terdapat berbagai peristiwa yang mengakibatkan kawasan ini kehilangan identitasnya. Peristiwa geger pada abad 17, larangan penggunaan atribut Tionghoa pada 1967, dan peristiwa Mei 1998 merupakan rangkaian tragedi yang mengakibatkan penduduk asli Tionghoa meninggalkan kawasan tersebut dan karakteristik bangunan Tionghoa menjadi tidak terpelihara. Oleh karena itu diperlukannya sebuah bangunan yang mencerminkan kembali identitas Tionghoa yang berkembang di kawasan Glodok serta dibutuhkannya Museum sebagai wadah yang menceritakan perkembangan kawasan ini. Wondoamiseno menerangkan bahwa dengan menyatukan arsitektur masa lalu dan arsitektur masa kini dapat mengembalikan kembali identitas masa lalu yang dapat diterima oleh masyarakat sekarang dengan menggunakan Regionalisme. Proses penelitian diawali dengan menemukan karakteristik elemen arsitektur masa kini dan masa lampau yang di definisikan secara bentuk. Kemudian berdasarkan bentuk arsitektur masa kini dan lampau tersebut dilakukan peleburan dengan teori yang dikemukakan Wondoamiseno dengan cara membuat alternatif desain pada kemungkinan pengait keduanya. Menurut Wondoamiseno implementasi keterkaitan elemen masa lalu dan masa lampau dapat tercapai dengan cara menempelkan elemen masa lalu pada masa kini, menyatukan elemen fisik arsitektur masa lalu pada masa kini, elemen fisik aristektur masa lalu tidak terlihat jelas pada arsitektur masa kini dan menyatukan ekspresi arsitektur masa lalu pada masa kini. Dari 5 kemungkinan tersebut dianalisiss berdasarkan 3 syarat utama pada bangunan regionalisme yang dikemukakan oleh Wondoamiseno yang bersisi adanya dominasi, repetisi, dan kesinambungan. Hasil alternatif tersebut dilakukan proses penilaian dengan skor yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori regionalisme dari Maria I hidayatun, Joseph Prijotomo, dan Tan Hock Beng. Dari penelitian tersebut menghasilkan keterkaitan yang memiliki nilai skorterbanyak pada keterkaitan penyatuan ekspresi arsitektur masa lalu pada masa kini. Selanjutnya dilakukan proses perancangan dengan penyesuaian tapak yang terpilih dan merespon aktivitas yang dibutuhkan pada bangunan museum.